Pengendalian Penyakit antaknosa (Petek) pada cabai dengan Tuntas!

sumber:dayaternak.com

Cabai salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Banyak alasan mengapa tanaman cabai ini banyak digemari untuk dibudidayakan. Alasannya tanaman ini mudah sekali dibudidayakan, tidak tergantung dengan musim, dan cabai merupakan komoditas yang sangat diminati masyarakat.

Produksi cabai merah di provinsi Jawa Timur menurut BPS pada tahun 2022 mengalami penurunan jumlah produksi dimana produksi cabai pada tahun 2021 sebesar 976.848 kwintal sedangkan pada tahun 2023 sebesar 851.445 kwintal.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman cabai. Salah satunya yaitu karena terinfeksi penyakit busuk buah. Busuk buah pada tanaman cabai memang sangat meresahkan petani.

Lalu apa penyebab terjadinya penyakit ini? Bagaimana mencegah penyakit ini agar tidak menyerang tanaman cabai? Kalau terlanjur terserang bagaimana penanganannya yang tepat?

Penyebab antraknosa (petek) buah tanaman cabai

Antraknosa atau sering disebut penyakit petek pada buah cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. Serangan penyakit ini akan meningkat di musim hujan karena keadaan yang mendukung perkembangan dari jamur tersebut.

Colletotricum spp. akan mudah menyerang tanaman pada kelebaban dan temperature yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Widodo, (2007) petani mengalami kehilangan hasil dari tanaman pada musim kemarau berkisar 20-35%, sedangkan pada musim hujan naik kisaran hampir 80%.

Gejala yang terlihat ketika tanaman cabai terserang oleh antraknosa berawal adanya luka kecil yang memiliki warna hitam dan sedikit cekung, kemudian akan melebar menyebabkan daging buah menjadi sedikit lunak pada daerah yang terluka sehingga buah akan sedikit mengkerut.

Jika serangan sudah mencapai 50% maka buah akan Nampak hitam dan tampak lunak karena busuk. Ketika sudah pada gejala Tingkat tinggi maka buah akan terlihat busuk secara keseluruhan, menyebabkan warna merah pada buah akan berubah menjadi warna coklat bahkan hitam dan Nampak kering serta mengerut.

Pencegahan penyakit

Mengetahui kerugiaan yang ditimbulkan akibat serangan penyakit antraknosa ini maka harus ada Langkah pencegahan yang dilakukan. Pencegahan tidak hanya dilakukan dari awal tanaman tetapi juga berkelanjutan.

Lalu Langkah yang seperti apa yang harus dilakukan?

Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan untuk mencegah penyakit antraknosa.

  1. Benih yang digunakan adalah bibit yang resisten atau tahan terhadap penyakit antraknosa
  2. Benih harus dalam keadaan sehat dan bebas patogen. Gunakan benih yang sudah bersertifikasi. Biasanya benih yang sudah bersertifikasi merupakan benih yang berkualitas bagus.
  3. Lakukan pengendalian penyakit lebih awal. Oleh karena itu butuh monitoring secara berkala pada tanaman cabai. Buang tanaman yang terserang penyakit sehingga tidak akan menyebar pada tanaman lainnya.
  4. Selalu kendalikan gulma yang tumbuh ditanaman cabai.

Nah, Langkah Langkah tersebut bisa diterapkan untuk pencegahan penyakit antraknosa.

Lalu, bagaimana jika tanaman cabai terlanjur terserang penyakit ini? Bagaimana mengatasi penyakit antraknosa/petek ini?

Mengobati dan menyembuhkan penyakit antraknosa/petek

Pada umumnya penyakit ini bisa dikendalikan dengan cara kimia dan nabati. Tetapi pengendalian secara kimiawi dinilai lebih efektif karena cara kerja yang cepat dan lebih mudah.

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan menggunakan fungisida kontak maupun sistemik. Terdapat beberapa fungisida yang dapat digunakan untuk pengendalian.

Fungisida yang berbahan aktif difenokonazol dan azoxitrobin mampu menghambat pertumbuhan jamur

Hal tersebut karena difenokonazol merupakan fungisida golongan triazol yang bekerja dengan cara mengganggu sterol biosintesis pada membrane. Sedangkan Azoksistrobiin merupakan bahan aktif fungisida dari golongan Metoksi-akrilat dan bekerja mengganggu respirasi.

Produk apa yang dapat mengobati penyakit petek/antraknosa?

Pestisida Pengendali Antaknosa/Petek

  1. Amistar Top 325 SCProdusen: PT. Syngen

Kandungan bahan aktif: 200g/lazoksistrobin dan 125g/lDifenokonazol

Dosis: 0.5-1 ml/l

Cara pengaplikasian: penyemprotan pertama dilakukan sebelum ada gejala serangan penyakit dan diulang setiap 7-14 hari sekali

Harga: 60.000-170.000 (tergantung besar kemasan)

(sumber:Syngenta.co.id)

2. Tamdem 325 SC

Produsen: PT Biotis Agrindo

Kandungan bahan aktif: 200g/lazoksistrobin dan 125g/lDifenokonazol

Dosis; 0.5-1 ml/l (7,5-15ml per tangka semprot 15 liter), interval penyemprotan setiap 1 minggu sekali di pagi hari setelah embun kering atau sore hari, disemprotkan pada seluruh bagian tanaman.

Harga:32.500-115.000 (tergantung besar kemasan)

(sumber: biotis.co.id)

3. Glacier 325 SC

Produsen: PT MIO Life Sciences Indonesia

Kandungan bahan aktif: 200g/lazoksistrobin dan 125g/lDifenokonazol

Harga: 78.500

Nah, Bagaimana informasi kali ini? Lengkap banget kan? Yuk jangan takut untuk menanam!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *